Tampilkan postingan dengan label Pengambilan Keputusan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengambilan Keputusan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Oktober 2021

Aksi Nyata Modul 3.1 Praktik menjadi Pengambil Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

1. Peristiwa (Facts)

a. Latar Belakang

Sekolah adalah lembaga yang bertujuan untuk mendidik para murid melalui bimbingan yang diberikan oleh para pendidik atau guru sesuai dengan jenjang pendidikannya. Dalam aktivitas belajar mengajar, tak jarang guru dihadapkan kepada berbagai situasi yang mengharuskan untuk mengambil keputusan. Dalam membuat keputusan, tidak bisa dilakukan tergesa-gesa tapi melalui pemikiran seksama, cermat dan teliti agar dapat dipertanggungjawabkan. 
Ketika dihadapkan pada situasi yang didalamnya ada dua hal yang bertentangan, guru harus meneliti kasus tsb terlebih dahulu. Jika 2 hal tsb merupakan pertentangan benar dan salah, tergolong bujukan moral, maka yang benar yang harus dipilih karena guru harus mengikuti aturan hukum yang berlaku. Jika berhadapan dengan situasi  yang mengandung pilihan benar dengan benar namun saling bertentangan, tergolong dilema etika, maka guru harus mencermati kasus tsb dan mengikuti 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Dasar pengambilan keputusan yakni bertanggung jawab, adanya kebajikan universal dan berpihak pada murid. 

b. Alasan Menjalankan Aksi

Setiap sekolah memiliki kebijakan tersendiri. Berbagai aturan dan tata tertib diterapkan untuk keberlangsungan aktivitas belajar mengajar yang efektif. Namun kenyataannya, ada warga sekolah yang belum bisa menerapkannya dengan berbagai alasan. Meskipun aturan sekolah yang dibuat sudah didesain sedemikiran rupa dari berbagai pengalaman agar bisa diterapkan. Salah satunya adalah kebijakan keringanan biaya bagi murid yatim/piatu yang kurang mampu atau murid dimana penghasilan orang tuanya minim. Mereka dapat berdiskusi dengan kepala sekolah untuk mendapatkan kebijakan keringanan biaya tsb bahkan bisa digratiskan jika dipandang perlu ditetapkan bagi anak bersangkutan.

c. Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan

Aksi pertama yang saya lakukan adalah :
Saya mengisi materi pada Kegiatan komunitas guru 'FORMASI' yang diselenggarakan setiap hari kamis, dan mengangkat materi pada modul 3.1 yaitu pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah pemaparan materi, setiap guru kelas dapat mengajukan kasus dilema etika untuk dibahas bersama-sama dengan menerapkan materi yang ada di modul 3.1. 

                                           video singkat tentang pemaparan materi modul 3.1

Aksi yang kedua adalah kasus yang terjadi di kelas saya yaitu orang tua murid yang belum membayar buku paket dan SPP bulanan selama 2 bulan berturut-turut. Padahal pada saat pendaftaran murid baru, guru telah menjelaskan tentang aturan sekolah seperti sistem belajar, biaya bulanan max tgl. 20 setiap bulannya, buku paket (selama 1 tahun) dibayar di awal karena akan langsung digunakan, batik/seragam putih biru/olahraga tidak wajib beli (boleh memakainya dari alumni TK), biaya buku rapot dan kegiatan dapat dicicil selama 1 semester, pemberian makanan tambahan setiap 3 bulan sekali. Bagi murid kurang mampu dapat menghubungi kepala sekolah untuk berdiskusi lebih lanjut. Orang tua murid 'D' ini baru membayar biaya SPP bulan Juli saja pada saat pendaftaran. dan sampai sekarang (awal oktober) belum ada yang masuk lagi. Padahal 'D' murid yang rajin dan semangat belajar. Saya tidak mau murid D merasa risih hanya karena biaya. 

Dari kasus tsb saya melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan antara lain :
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
orang tua murid 'D' yang melanggar peraturan sekolah yaitu belum membayar buku paket dan biaya SPP selama 2 bulan berturut-turut. padahal aturan sekolah menyatakan buku paket harus dibayar di awal dan biaya SPP bulanan maximal tgl. 20 setiap bulannya
2. Menentukan siapa yang terlibat
Orang tua murid 'D', guru dan kepala sekolah
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan
- Murid 'D' anak yang rajin dan semangat belajar
- Orang tua murid 'D' belum membayar buku paket dan biaya SPP 2 bulan berturut-turut, baru membayar SPP bulan Juli pada saat pendaftaran
- Guru sudah melakukan komunikasi pribadi melalui orang tua murid 'D' melalui whatsapp dan beberapa kali mengajaknya untuk datang ke sekolah agar bisa berdiskusi langsung dengan saya namun orang tua tsb tidak mau datang dengan alasan malu
4. Pengujian benar atau salah
Uji legal, tidak ada pelanggaran hukum negara atas kasus ini
Uji regulasi/standar profesional, tidak ada pelanggaran kode etik
Uji intuisi, ada perasaan kasihan kepada anak dan orang tua murid jika masalah ini tidak kunjung selesai
Uji publikasi, ada perasaan kurang nyaman jika masalah ini terpublikasikan dan akan timbul kecemburuan sosial karena adanya pelanggaran aturan sekolah
Uji panutan/idola, Idola saya akan membantu mencari solusi terbaik agar orang tua murid dapat mengatasi masalahnya dan tidak menimbulkan pembicaraan publik
5. Paradigma dilema etika
Paradigma rasa keadilan lawan kasihan
6. Prinsip Resolusi
Berfikir Berbasis Rasa Peduli
7. Investigasi Opsi Trilema
- Diskusi dengan kepala sekolah dan para guru. Mereka menyarankan membuat surat resmi khusus untuk orang tua D. Mengajak untuk datang ke sekolah. Jika masih tidak bisa, guru kelas mendatangi rumahnya untuk mendiskusikan masalah tsb. Memberikan opsi, jika ia tidak sanggup membayar, dapat berdiskusi dengan kepala sekolah untuk meringankan biayanya bahkan bisa digratiskan jika syarat-syaratnya terpenuhi.
8. Buat keputusan
- Melakukan komunikasi lewat whatsapp agar bisa datang ke sekolah mendiskusikan masalah ini
- Menitipkan surat resmi kepada anaknya
- Jika belum datang juga, guru mendatangi rumahnya untuk mendiskusikan masalah ini agar tidak berlarut-larut dengan memberikan opsi, apakah sanggup membayar atau tidak. Jika tidak sanggup, dapat berdiskusi dengan kepala sekolah untuk meringankan biayanya atau bahkan bisa digratiskan jika syarat-syaratnya terpenuhi.
9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Keputusan tersebut sudah tepat karena sekolah mengharapkan D dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan orang tua murid D dapat mengatasi hambatan dalam masalah pembiayaan`

                                           Diskusi bersama kepala sekolah dan rekan guru

                                    komunikasi saya dengan orang tua D melalui whatsapp

2. Perasaan (Feelings)

Perasaan saya cukup senang karena masalah tsb dapat diatasi. Saya merasakan adanya kepedulian dari kepala sekolah dan para guru karena ikut membantu menyelesaikan masalah ini. 

3. Pembelajaran (Findings)

Ketika menghadapi situasi di mana di dalamnya terdapat dua hal yang bertentangan. Kita harus menentukan apakah situasi tersebut bujukan moral atau dilema etika. Bujukan moral ketika dihadapkan pilihan benar dan salah, maka kita harus mengikuti aturan hukum yang berlaku. Dilema etika ketika dihadapkan pilihan benar dan benar namun saling bertentangan. Maka lakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Dengan mengikuti langkah ini, keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. 

4. Penerapan (Future)

Ketika berhadapan dengan situasi yang dihadapkan pada dua pilihan, tentukan dulu apakah bujukan moral atau dilema etika. Setelah itu, keputusan yang diambil harus dicermati terlebih dahulu, jangan tergesa-gesa. Pada kasus bujukan moral maka pengambilan keputusan harus mengikuti aturan hukum yang berlaku. Sedangkan pada kasus dilema etika, terapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Terkadang kita membutuhkan bantuan dari pihak lain, maka berkolaborasi dengan kepala sekolah dan rekan guru akan sangat membantu untuk menyelesaikan masalah

Minggu, 19 September 2021

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 Simak video tentang perbedaan antara dilema etika dengan bujukan moral berikut ini :


Silahkan klik untuk menonton video

4 Paradigma Dilema Etika




Video Kasus Membantu Kakek

Pertanyaan :

    1. Siapa yang menghadapi dilema?
    2. Apakah dua kebenaran yang ada?

      • Adalah benar jika tokoh tersebut ... karena ... 
      • Tapi benar juga jika dia  ...  karena ...

    1. Paradigma mana yang terjadi pada masing-masing dilema?

    Dilema .... lawan ...

    1. Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk cerita yang sama? Bila iya, yang manakah dan mengapa?


    Video Kasus Terlambat Mengembalikan Buku

    Pertanyaan :

      1. Siapa yang menghadapi dilema?
      2. Apakah dua kebenaran yang ada?

        • Adalah benar jika tokoh tersebut ... karena ... 
        • Tapi benar juga jika dia  ...  karena ...

      1. Paradigma mana yang terjadi pada masing-masing dilema?

      Dilema .... lawan ...

      1. Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk cerita yang sama? Bila iya, yang manakah dan mengapa?


      Video Kasus Les Tambahan

      Pertanyaan :

        1. Siapa yang menghadapi dilema?
        2. Apakah dua kebenaran yang ada?

          • Adalah benar jika tokoh tersebut ... karena ... 
          • Tapi benar juga jika dia  ...  karena ...

        1. Paradigma mana yang terjadi pada masing-masing dilema?

        Dilema .... lawan ...

        1. Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk cerita yang sama? Bila iya, yang manakah dan mengapa?


        Video Kasus Pengumpulan Dana

        Pertanyaan :

          1. Siapa yang menghadapi dilema?
          2. Apakah dua kebenaran yang ada?

            • Adalah benar jika tokoh tersebut ... karena ... 
            • Tapi benar juga jika dia  ...  karena ...

          1. Paradigma mana yang terjadi pada masing-masing dilema?

          Dilema .... lawan ...

          1. Dapatkah lebih dari satu dilema, berlaku untuk cerita yang sama? Bila iya, yang manakah dan mengapa?

          Prinsip Pengambilan Keputusan

          Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.
          (Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).


          Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.  Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. 

          Silakan Anda membaca 3 (tiga) pernyataan di bawah ini: 

          1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak.
          2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.
          3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. 

          Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran Anda memiliki kecenderungan pada prinsip nomor 1, 2, atau 3? Silakan tanpa berpikir panjang, Anda langsung menuliskan jawaban Anda di secarik kertas.

          Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:

          1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
          2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
          3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)


          Video Prinsip 1 : Kasus Kapten


          Video Prinsip 2 : Kasus Janji Ani


          Prinsip 3 : Deontologis

          9 Langkah Pengujian dan Pengambilan Keputusan


          Silahkan pilih video yang akan dicermati :

          1. Kasus Dilema Siti

           

          2. Amir adalah siswa kelas 4 yang santun dan memiliki guru Matematika yang sangat tegas dan keras, bernama Bapak Asep. Suatu hari bapak Asep masuk ke dalam kelas dan mulai mengajar, tanpa disadari pak Asep ada cabe yang terselip di gigi pak Asep. Cukup terlihat dan jelas. Semua siswa menyadarinya namun tidak ada yang berani untuk mengatakan kepada Bapak Asep yang terkenal tegas dan keras terhadap siswa-siswa tersebut. Sepanjang pembelajaran 2 sesi tersebut, Bapak Asep terus mengajar dengan sisa cabe di giginya, apa yang akan lakukan bila Anda adalah Amir, mengapa? Prinsip apa yang akan Anda gunakan?

          3. 

          Kasus apa yang harus aku lakukan

          4.

          Kasus Kertas Contekan

          5.

           Kasus Keuangan OSIS

          6. 

          Kasus Janji Ani

          7. Ina adalah siswa kelas 11. Untuk merayakan kenaikan kelas ke kelas 12, Ina dan beberapa temannya akan berkumpul bersama di rumah temannya dan menonton film-film drama Korea dari salah satu laptop teman-temannya. Kebetulan di rumah temannya tersebut, orang tuanya akan pergi seminggu tugas ke luar kota, jadi Ina dan teman-temannya sangat bergembira bisa mendapatkan kesempatan untuk bersama di akhir tahun ajaran. Untuk membiayai ‘pesta kenaikan kelas kecil’ di rumah temannya tersebut, Ina dan teman-temannya sepakat untuk membayar 100,000,- setiap orang. Ina pun telah memberitahu ibunya bahwa dia akan menggunakan uang untuk perayaan kenaikan di rumah temannya. Namun ibunda Ina berubah pikiran karena merasa uang sebesar Rp. 100,000,- bisa digunakan untuk membayar buku-buku dan seragam Ina di kelas 12 nanti. Akhirnya ibunda Ina melarang Ina pergi dan meminta Ina untuk menggunakan uang untuk membeli seragam dan buku-buku sekolah yang diperlukan. Ina rupanya tetap ingin merayakan pesta kenaikan kelas di rumah temannya, ia pun telah menabung sekian bulan dari uang jajannya untuk bisa menyisihkan uang 100,000,-. Akhirnya malam itu Ina tetap pergi ke rumah temannya namun izin untuk bikin tugas kelompok kepada ibunda. Ina hanya memberitahu adiknya, Zahra bahwa dia sesungguhnya pergi ke rumah temannya dan menghabiskan uang 100,000,- untuk merayakan kenaikan kelas. Setelah sekian bulan, ibunda Ina tiba-tiba menanyakan ke Zahra, apakah dia mengetahui apakah kakaknya telah membayar uang sekolah. Apakah yang akan dikatakan Zahra, mengapa? Prinsip apa yang diambil?

          8. 

          Kasus Obat untuk Ibu

          9. 

          Kasus Pengaturan Tempat Duduk di Kelas

          Refleksi Terbimbing : https://docs.google.com/document/d/1FobkGrKD4vZ8Y8uI8-AdQQ83Ds8u1zqEHYrAkvZO63c/edit?usp=sharing

          Demonstrasi Kontekstual : https://docs.google.com/document/d/1IYigNeCsE2bJHsf6nmZSi2v0N7j_UUwK9ze6dcDG7TU/edit?usp=sharing

          Elaborasi Pemahaman :

          Senin, 13 September 2021

          Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

          Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berperan dalam memajukan sumber daya manusia yang didalamnya terdapat kegiatan proses belajar mengajar yang teratur dan terencana. Agar kegiatan proses belajar mengajar efisien maka harus ada sosok pemimpin yang mengatur dan mengelola proses tersebut. Sosok pemimpin tersebut adalah guru yang menjadi manager sekaligus motor penggerak bagi muridnya. 

          Seorang guru perlu melaksanakan langkah-langkah pengambilan keputusan dalam mengelaborasi metode pembelajaran yang berpihak pada murid. Keputusan yang diambil guru akan menentukan arah dan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran akan menjadi bermakna bagi murid jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi murid. Hal itu yang disebut dengan ekosistem pendidikan well-being. Lalu bagaimana caranya? 

          Guru dapat menerapkan sistem among dalam pembelajaran. Sistem among merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan karena merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). 

          Pratap Triloka Ki Hadjar Dewantara pada sistem among yaitu : 
          1. Ing ngarso sung tulodo, artinya seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan teladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Ibarat magnet, pemimpin harus mampu menarik partikel-partikel di sekitarnya untuk bisa diajak bersinergi mencapai visi sekolah. 
          2. Ing madya mangun karso, artinya pemimpin (guru) harus bisa bekerja sama dengan orang yang dididiknya (murid). Guru mempererat hubungan dengan muridnya namun tidak melanggar etika jalur pendidikan 
          3. Tut wuri handayani, artinya pemimpin (guru) sebagai motivator untuk mendorong kinerja murid untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. 

          Terkadang guru akan dihadapkan pada situasi tertentu yang mengharuskan ia untuk mengambil keputusan. Situasi tersebut bisa saja dilema etika, bisa juga bujukan moral. Dilema etika terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Disinilah diperlukan nilai guru penggerak. Nilai diri tersebut akan sangat mempengaruhi keputusan yang diambil. kemauan diri untuk terus belajar secara mandiri, berkolaborasi dengan rekan-rekan, dan selalu mencoba berinovasi, merenung dan merefleksi tiap langkah yang dilewati akan menjadi bekal diri untuk mencapai keberpihakan pada murid.

          Apalagi guru yang memiliki landasan pratap triloka tentu saja akan menjadi sosok teladan yang positif, motivator sekaligus moral support bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar pancasila dan merdeka belajar. Atau dengan kata lain, Pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman mencapai arah dan tujuan pembelajaran. 

          Efektif atau tidaknya pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan teknik coaching. Teknik coaching dengan model TIRTA akan menjawab pertanyaan dalam diri untuk memunculkan potensi diri dalam menyelesaikan situasi yang menimbulkan dilema bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Apalagi dalam modul 3.1 diberikan panduan dalam mengambil keputusan yaitu 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan.  

          Paradigma pada situasi dilema etika yang dapat terjadi dalam pengambilan keputusan yaitu individu lawan masyarakat, keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka panjang lawan jangka pendek. 

          Prinsip pengambilan keputusan yang dapat digunakan guru sebagai acuan dalam mengambil keputusan antara lain : 
          1. Berpikir berbasis hasil akhir 
          2. Berpikir berbasis aturan 
          3. Berpikir berbasis rasa peduli 

          9 Langkah pengujian dan pengambilan keputusan yaitu : 
          1. Mengetahui nilai-nilai yang bertentangan 
          2. Menentukan pihak-pihak yang terlibat 
          3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan 
          4. Pengujian benar atau salah yaitu dengan melakukan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan 
          5. Paradigma yang digunakan 
          6. Prinsip resolusi 
          7. Investigasi opsi trilema 
          8. Buat keputusan 
          9. Tinjau keputusan dan refleksikan 

          Pembahasan studi kasus yang terdapat dalam modul, pada saat presentasi kelompok di ruang kolaborasi dan pendalaman materi di elaborasi pemahaman memberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan. Hal ini akan memberikan gambaran kepada guru agar tidak terjebak dalam situasi yang sama, semakin jeli menghadapi situasi dan dapat bertindak sesuai prinsip, paradigma dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Dengan pengambilan keputusan yang tepat, akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi seluruh warga sekolah. 

          Kesulitan yang seringkali terjadi adalah ketika kita menghadapi situasi dilema etika yang didalamnya terkandung nilai-nilai kebajikan yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Karena setiap pihak memiliki alasan dalam memutuskan sesuatu. Apalagi materi modul 3.1 ini baru dipelajari dan masih dalam proses bertahap untuk menerapkannya. 

          Kesimpulan : Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar. Guru yang berpihak pada murid akan memperhatikan kebutuhan belajar yang terintegrasi dengan sosial emosional murid sehingga terwujud profil pancasila dengan merdeka belajar, penuh dengan kebahagiaan dan keselamatan. Setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid karena setiap keputusan guru yang tepat dapat menggali potensi dan kekuatan mereka