Tampilkan postingan dengan label jurnal refleksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jurnal refleksi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Oktober 2021

Jurnal refleksi 21

 Model six thinking hats

1. topi putih 

27 September : elaborasi pemahaman 'Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya' oleh ibu Rusiati Yo. Pemaparan beliau sistematis. Tidak terasa durasi waktunya. Sangat menikmati dan santai dalam menyampaikan materi. Pada sesi ini, lebih menegaskan lagi bahwa kita harus berfikir positif, selalu fokus pada kekuatan.

elaborasi

28 September : Koneksi Antar Materi; di sini saya menulis artikel di blog pribadi mengenai kesimpulan yang saya dapatkan selama mempelajari modul ini, kaitannya dengan modul-modul sebelumnya dan rancangan tindakan aksi nyata yang akan saya lakukan dalam memanfaatkan aset sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran anak usia dini

29 September : Aksi Nyata, berdasarkan rancangan aksi nyata yang saya buat, saya lebih fokus pada pemanfaatan aset untuk menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak usia dini karena murid perlu dibimbing dalam menerapkan pola hidup bersih dan sehat agar tumbuh kembangnya dapat optimal. Anak yang sehat akan optimal dalam menapaki tahapan perkembangannya daripada anak yang rentan terkena penyakit. Banyak aset sekolah yang bisa diberdayakan untuk mencapai tujuan ini.

30 September : Mulai dari diri 'Pengelolaan Program yang berdampak pada murid' , di sesi ini saya melakukan refleksi terhadap program sekolah yang berjalan selama ini dan aset-aset sekolah yang dapat diberdayakan. Selain itu ada harapan besar dari saya setelah mempelajari modul ini, saya lebih mengerti dan menerapkannya di sekolah agar program sekolah bisa lebih baik lagi

1 Oktober : eksplorasi konsep - mandiri, di sesi ini banyak materi yang baru sama sekali tentang MELR dan Manajemen resiko. Saya terkesima pada saat menonton video, terpukau dengan ketercapaian mereka yang dapat memberdayakan aset agar berpusat pada murid. dimulai dari video program sekolah yang berfokus pada kepemimpinan murid seperti video design of change : kabupaten banggai, SD Insan Teladan bogor;  video kepemimpinan sekolah yang inovatif seperti video kepala sekolah SDN. Sumbergondo 2 Batu; program sekolah adiwiyata mandiri dari pareprare; sekolah alam SMP Negeri 3 Bangiwangi; program yang melibatkan peran serta masyarakat yaitu pembangunan sekolah yang bekerja sama dengan Australia. Kemudian tahapan pembuatan program menggunakan BAGJA; pembahasan MELR dan manajemen resiko

2. topi merah

perasaan pada saat elaborasi, senang karena mendapat pencerahan untuk selalu berfikir positif. Pada saat koneksi dan aksi nyata, sempat merenung kegiatan apa yang akan saya angkat sebagai aksi nyata kali ini. Akhirnya saya memutuskan untuk membahas tentang hidup bersih dan sehat sesuai dengan tema pembelajaran saat ini. Untuk materi modul 3.3, baru sebatas teori, masih perlu belajar dan berlatih dalam mengimplementasikannya

3. topi kuning

hal-hal positif yang saya dapatkan adalah pada modul 3.2 selalu berfikir positif, dapat memetakan aset sekolah, dan belajar mengelola aset tsb dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid. pada modul 3.3, mendapat materi baru yang masih perlu latihan. terkesima dengan video-video yang ditayangkan, sempat menangis terutama ketika melihat bangunan sekolah banyak berdiri dan murid-murid tersenyum bahagia karena bisa mengenyam pendidikan, tidak perlu berjalan kaki jauh bahkan melintasi lautan

topi hitam

pada modul 3.3, saya masih perlu belajar lagi dan berlatih menerapkannya seperti MELR dan manajemen resiko. karena masih belum terbayang jelas (materi ini baru pertama kali saya dapatkan di sini)

5. topi hijau

Pada modul 3.2 belajar memanfaatkan aset sekolah agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Pada modul 3.3 Mencoba mencari referensi lain tentang MELR dan Manajemen Resiko di internet.

6. topi biru

Kesimpulan yang saya dapatkan dari modul 3.2 bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat mengelola sumber daya sekolah untuk diberdayakan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran pada murid. Sedangkan pada modul 3.3 yaitu tentang program sekolah yang berdampak pada murid, bentuk-bentuk program sekolah yang berdampak pada murid melalui tayangan beberapa video, tahapan membuat program menggunakan BAGJA dan materi tentang MELR dan manajemen resiko


Jurnal refleksi 20

 Model refleksi 4F

1. Facts

20 September : Ruang kolaborasi 'Pengerjaan'= masuk dalam kelompok A1 bersama bu Ela, bu Dwi dan pa Nurul Ilyas untuk mengidentifikasi modal/aset yang dimiliki Cianjur yang bisa digunakan sekolah. Semua berpartisipasi aktif dalam pengerjaan tugas kelompok ini. Meski kendala waktu karena berjam-jam menggabungkan ide dan pikiran para anggota akhirnya terwujud hasilnya dalam sebuah video yang diupload oleh pa Nurul dalam Forum kelompok. Ternyata banyak aset yang bisa diberdayakan sekolah. Hasil pemikiran ini  dari kelompok A1, belum termasuk diskusi dengan kelompok lain, pasti lebih banyak lagi aset cianjur.

21 September : Ruang kolaborasi 'Presentasi'= sempat bingung kapan mau upload video kelompok, untung saja sebelum jadwal presentasi dimulai, bisa bertanya ke pa Bambang dan rekan lain pada saat gmeet. Pa nurul langsung mengupload, dan para rekan memberikan umpan balik. Untuk presentasi, kebagian jadwal terakhir,Alhamdulillah bisa dilalui dengan lancar. Semua kelompok mempresentasikan dengan baik dan semakin terpukau dengan aset cianjur

22 September : Refleksi Terbimbing= di bagian ini saya makin merenung dan selalu berfikir positif. Ada banyak aset yang dimiliki sekolah. Jika berpikir fokus pada kekuatan, maka muncul rasa percaya diri dan optimis bahwa sekolah akan maju

23 - 24 September : Demonstrasi Kontekstual, bagian ini saya memetakan 7 aset yang ada di TK.  Sekolah telah banyak memberikan kontribusi pendidikan bagi para warga yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Saya harus bangga dengan sekolah saya karena banyak keunikan dan kekuatan yang ada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah saya bersama para rekan harus mengoptimalkan aset-aset ini agar bisa berdaya guna bagi kepentingan umum terutama dalam bidang pendidikan. Butuh kolaborasi antar pihak untuk mewujudkannya.

25 September : lokakarya 5, kegiatan kali ini banyak melakukan refleksi apa yang telah saya lakukan selama ini dan analisis diri apa yang sudah berkembang, yang belum berkembang. Yang sudah berkembang yaitu sudah menerapkan RPP berdiferensiasi dengan terintegrasi KSE, menerapkan konsep bermain sebagai kodrat anak TK, membentuk komunitas praktisi di sekolah, menerapkan coaching. Yang belum berkembang adalah manajemen kepemimpinan sekolah dalam hal penyusunan dan pemantauan program sekolah. Karena bagian ini sangat membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Dalam hal ini, saya harus selalu berkomunikasi aktif dengan kepala sekolah dan para rekan sejawat. Di lokakarya ini juga saya menyusun langkah yang harus saya lakukan selama 3 bln ke depan agar apa yang belum berkembang bisa ada perubahan yang lebih baik.

2. Feelings

Saya senang karena di modul ini membuka cakrawala tentang banyak aset sekolah dan aset cianjur yang bisa diberdayakan. Terkesima dengan analisis dari guru SMP yang begitu rinci. Saya pun berfikir positif terhadap sekolah saya karena banyak aset sekolah yang perlu dioptimalkan. Terima kasih kepada pa Bambang yang sudah memotivasi saya. Pada saat lokakarya, banyak masukan dari instruktur dan rekan sejawat. Terima kasih buat semuanya

3. Findings

Sekolah saya sangat potensial untuk maju, ada banyak aset sekolah yang perlu dioptimalkan. Selalu berfikir positif, fokus pada kekuatan. Berkolaborasi dengan semua pihak sekolah menjadi hal yang urgen karena sekolah milik bersama.

4. Future

Saya akan membahas kekuatan sekolah pada saat kegiatan komunitas praktisi 'FORMASI', kemudian menganalisis langkah-langkah yang perlu dilakukan (bersama dengan rekan-rekan saya). Dari hasil analisis tsb, maka akan dibuat agenda untuk mewujudkannya



Jurnal refleksi 19

 Model Driscoll

1. What? (Deskripsi perisriwa yang terjadi)

13 September : Koneksi Antar Materi - membuat tulisan di blog mengenai modul 3.1 dan kaitannya dengan modul-modul sebelumnya

14 September : Aksi Nyata - Pada hari kamis, 16 September, saya sudah menyampaikan materi ini ke rekan sejawat melalui kegiatan komunitas FORMASI. Mereka antusias. Video ini untuk dokumentasi sekolah, intern saja. Sebelum kegiatan. guru menggunakan masker. Namun karena ada kendala, suara tidak terdengar ketika memakai masker, jadinya tidak menggunakan masker. Namun bisa dipastikan pada guru-guru dalam kondisi sehat. Adapun untuk aksi nyata di kelas, sudah ada kasusnya, namun untuk solusinya masih dalam tahap perencanaan

formasi

https://drive.google.com/file/d/1MlfS9NkPs96Pv6BQDQ1qRFT_6wU4U_OO/view?usp=drivesdk

15 September : Mulai dari diri, mulai memasuki modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Tahap ini berupa pertanyaan tentang sosok pemimpin yang ideal, peran pemimpin, sekolah sebagai ekosistem dimana ada faktor-faktor yang mempengaruhinya dan harapan saya tentang modul ini. Saya berharap bisa memahami materi dengan baik dan menerapkannya di sekolah.

16 September : Eksplorasi konsep - Mandiri yaitu belajar tentang sekolah sebagai ekosistem yang memiliki faktor biotik dan abiotik, pendekatan berbasis masalah (deficit based thinking) dan pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking) beserta contoh kasusnya, sejarah pendekatan PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset), Aset-aset yang ada dalam komunitas (ada 7 modal utama)

17 September : Eksplorasi Konsep - Forum diskusi, sesama cgp mendiskusikan 2 kasus yaitu kasus ibu yuni dan pak parjo

2. So What? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)

Untuk modul 3.1, saya berharap bisa saya praktekkan di kelas/sekolah mengenai 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip berpikir dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Saya merasa materi ini penting karena dapat memudahkan kita dalam mengambil keputusan yang tepat, bijak dan bertanggung jawab.

Untuk modul 3.2, saya diarahkan untuk memandang sekolah sebagai ekosistem yang memiliki aset yang banyak, selalu melihat kekuatan sekolah yang seharusnya bisa dikelola dan diberdayakan dengan baik.

3. Now what? (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)

Saya akan menerapkan modul 3.1. dalam kehidupan saya, dan berharap rekan sejawat dapat menggunakan materi ini dalam pengujian dan pengambilan keputusan.

Saya akan berusaha untuk mempelajari modul 3.2, menganalisis aset yang ada di sekolah


jurnal refleksi 18

 Model Refleksi DEAL

1. Description

6 September : Ruang kolaborasi 'Presentasi', kali ini kebagian kelompok pertama A1 yang mempresentasikan. PJ moderator : Bu Dwi, Presentasi : Saya, Penanya dan Penjawab : Bu Ela, Notulen : Pa Nurul Ilyas. Kasus yang diangkat berasal dari sekolah bu Ela tentang  dua orang siswa yang belum mencukur rambut karena belum ada biaya padahal saat itu sedang ada jadwal pemotretan. Kami menyadari masih ada kekurangan dalam presentasi kami karena banyak pendapat dari kami tentang kasus tersebut dan juga masih ada kebingungan. Namun kami berusaha mempresentasikan dengan sebaik mungkin, terlepas dari segala kekurangan kami. 

presentasi

7 September : Refleksi terbimbing, saya menjawab semua pertanyaan yang disediakan (walaupun tertulis minimal 4 pertanyaan) sebagai bahan introspeksi saya selama mempelajari modul ini.

8 - 9 September : Demonstrasi kontekstual, bagian ini baru saya kerjakan hari sabtu karena saya ingin lebih memahami materi tsb di elaborasi pemahaman (pada hari jumat). 

10 September : Elaborasi pemahaman,kegiatan dilaksanakan hari jumat, pkl. 13.15 - selesai. Penyampaian materinya bagus, hanya waktu terasa kurang. Apalagi materi ini perlu pengkajian lebih dalam. Terima kasih kepada ibu Puri. Saya salut sama beliau dapat menjelaskan materi yang awalnya saya masih galau sekarang tercerahkan.

elaborasi

2. Examination

Selama satu minggu ini, saya belajar lebih mendalam tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Berbagai macam studi kasus pada saat di ruang kolaborasi (presentasi kelompok) membuka mata saya, namun masih ada sedikit kebingungan. Arah semakin jelas pada saat elaborasi pemahaman yang disampaikan oleh ibu Puri. Mudahh-mudahan saya bisa menerapkan materi ini di kelas/sekolah saya.

3. Articulation of learning

Saya mempelajari tentang kasus apakah termasuk bujukan moral atau dilema etika. Bujukan moral jika berhadapan pada situasi benar salah, maka hal ini harus berpatokan pada hukum, dan tidak bisa diganggu gugat. Dilema etika jika berhadapan dengan situasi yang sama benar namun saling bertentangan. 

Pada kasus dilema etika, ada 4 paradigma dilema etika yang bisa dianalis apakah termasuk paradigma keadilan lawan kasihan, individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka panjang lawan jangka pendek. 

Ada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, berbasis aturan dan berbasis rasa peduli.

Lakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan yaitu :

1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

2. Menentukan pihak-pihak yang terlibat

3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4. Pengujian benar/salah dengan melakukan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan

5. Paradigma yang digunakan

6. Prinsip resolusi

7. Investigasi opsi trilema

8. Buat keputusan

9. Tinjau lagi keputusan dan refleksikan

Rencana perbaikan untuk masa depan yaitu saya akan menerapkan materi ini, mengajak rekan-rekan saya untuk ikut menerapkannya karena dengan melakukan 9 langkah tsb kita bisa mengambil keputusan dengan tanggung jawab dan cermat


Senin, 13 September 2021

Jurnal Refleksi ke-18 Pengambilan keputusan

Model Refleksi DEAL

1. Description

6 September : Ruang kolaborasi 'Presentasi', kali ini kebagian kelompok pertama A1 yang mempresentasikan. PJ moderator : Bu Dwi, Presentasi : Saya, Penanya dan Penjawab : Bu Ela, Notulen : Pa Nurul Ilyas. Kasus yang diangkat berasal dari sekolah bu Ela tentang  dua orang siswa yang belum mencukur rambut karena belum ada biaya padahal saat itu sedang ada jadwal pemotretan. Kami menyadari masih ada kekurangan dalam presentasi kami karena banyak pendapat dari kami tentang kasus tersebut dan juga masih ada kebingungan. Namun kami berusaha mempresentasikan dengan sebaik mungkin, terlepas dari segala kekurangan kami. 

presentasi

7 September : Refleksi terbimbing, saya menjawab semua pertanyaan yang disediakan (walaupun tertulis minimal 4 pertanyaan) sebagai bahan introspeksi saya selama mempelajari modul ini.

8 - 9 September : Demonstrasi kontekstual, bagian ini baru saya kerjakan hari sabtu karena saya ingin lebih memahami materi tsb di elaborasi pemahaman (pada hari jumat). 

10 September : Elaborasi pemahaman,kegiatan dilaksanakan hari jumat, pkl. 13.15 - selesai. Penyampaian materinya bagus, hanya waktu terasa kurang. Apalagi materi ini perlu pengkajian lebih dalam. Terima kasih kepada ibu Puri. Saya salut sama beliau dapat menjelaskan materi yang awalnya saya masih galau sekarang tercerahkan.

elaborasi

2. Examination

Selama satu minggu ini, saya belajar lebih mendalam tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Berbagai macam studi kasus pada saat di ruang kolaborasi (presentasi kelompok) membuka mata saya, namun masih ada sedikit kebingungan. Arah semakin jelas pada saat elaborasi pemahaman yang disampaikan oleh ibu Puri. Mudahh-mudahan saya bisa menerapkan materi ini di kelas/sekolah saya.

3. Articulation of learning

Saya mempelajari tentang kasus apakah termasuk bujukan moral atau dilema etika. Bujukan moral jika berhadapan pada situasi benar salah, maka hal ini harus berpatokan pada hukum, dan tidak bisa diganggu gugat. Dilema etika jika berhadapan dengan situasi yang sama benar namun saling bertentangan. 

Pada kasus dilema etika, ada 4 paradigma dilema etika yang bisa dianalis apakah termasuk paradigma keadilan lawan kasihan, individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka panjang lawan jangka pendek. 

Ada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, berbasis aturan dan berbasis rasa peduli.

Lakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan yaitu :

1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

2. Menentukan pihak-pihak yang terlibat

3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4. Pengujian benar/salah dengan melakukan uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan

5. Paradigma yang digunakan

6. Prinsip resolusi

7. Investigasi opsi trilema

8. Buat keputusan

9. Tinjau lagi keputusan dan refleksikan

Rencana perbaikan untuk masa depan yaitu saya akan menerapkan materi ini, mengajak rekan-rekan saya untuk ikut menerapkannya karena dengan melakukan 9 langkah tsb kita bisa mengambil keputusan dengan tanggung jawab dan cermat


Kamis, 09 September 2021

Model Jurnal Refleksi

Jurnal refleksi ke-17 Pengambilan Keputusan

 Model Refleksi 4F

1. Facts

30 Agustus :Pre test paket modul 3 : saya mendapat poin 60. Soal-soalnya kalau tidak teliti membacanya seolah-olah jawaban yang disediakan benar semua. Seperti jebakan batman. Jadi harus hati-hati, pelan-pelan membaca dan menganalisis

31 Agustus - 1 September : Eksplorasi konsep mandiri 'Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran', 

diawali Mulai dari diri yaitu menceritakan kasus nyata tentang pengambilan keputusan di sekolah, tantangan yang dihadapi dan harapan yang saya inginkan dari modul ini.

Eksplorasi konsep 3.1.a.4 menjelaskan tentang perbedaan dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma dilema etika. Tersedia studi kasus dalam bentuk video, seperti kasus Rayhan yang mencontek, kasus bendahara di pentas seni akhir tahun, video perbedaan dilema etika dan bujukan moral, analisis kasus di sekolah yang sudah ditulis di bagian Mulai dari diri, kasus membantu kakek, kasus terlambat mengembalikan buku, kasus les tambahan, kasus pengumpulan dana.

Eksplorasi konsep 3.1.a.4.1 Prinsip pengambilan keputusan mengenai prinsip pengambilan keputusan dengan studi kasus kapten kapal, janji ani, deontologis, analisis kasus ibu Tati guru kelas V menurut rekan sejawat dan saya

Eksplorasi konsep 3.1.a.4.2 Konsep pengambilan dan pengujian keputusan mengenai 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan studi kasus ibu Tati

2 September : Eksplorasi Konsep - Forum diskusi : saya menganalisis kasus dilema siti yang mendapat kelebihan uang kembalian dari apoteker/kasir

3 September ; Ruang kolaborasi - Pengerjaan: bergabung di kelompok A1 bersama bu ela, bu dwi dan pa ilyas. Kasus yang diangkat berasal dari sekolah bu Ela. Sempat beberapa kali revisi (hingga 5x) karena ragamnya pendapat dari kami. Diskusi hari jumat belum beres, dilanjut lagi hari sabtu, minggu dan senin di sela-sela aktivitas kami. 

pengerjaan

2. Feelings

Perasaan saya masih bingung ketika dihadapkan pada kasus yang melanggar aturan tapi terdapat kebaikan di dalamnya. Apa tolak ukur/batasan suatu pelanggaran bisa dibenarkan dengan alasan rasa kasihan/kebaikan??? seperti kasus kapten. Saya senang juga bisa memahami konsep ini, jadi lebih cermat lagi ketika dihadapkan kasus harus dianalisis dulu dengan 9 langkah

3. Findings

Saya menemukan materi baru ternyata dalam mengambil keputusan harus dianalisis dulu paradigma dan prinsip yang digunakan kemudian uji dengan 9 langkah. Saya temukan juga bahwa 1 kasus yang sama dapat menghasilkan keputusan yang berbeda karena tiap orang memiliki pemikiran, analisis dan pendapatnya sendiri dengah melakukan uji 9 langkah. Terus terang masih bingung dengan uji legal, apakah pelanggarannya berkaitan dengan UU yang diresmikan negara? atau jika ada yang melanggar tata tertib sekolah bisa disebut ada pelanggaran di uji legal? mudah-mudahan pertanyaan ini bisa terjawab di elaborasi pemahaman

4. Future

Ke depannya, saya bisa mempraktekkan materi ini di kelas/sekolah dan juga di kehidupan pribadi saya. Saya akan lebih cermat menganalisis masalah, dengan kepala dingin, menganalisis menggunakan 9 langkah yang sudah dijelaskan. sehingga keputusan yang diambil bisa dipertanggungjawabkan


Jurnal refleksi ke-16 Coaching

 Jurnal refleksi menggunakan Six Thinking Hats

Fakta Fakta/pengalaman yang terjadi

23 - 24 Agustus 2021 : Demonstrasi Kontekstual yaitu melakukan praktik coaching dengan rekan sejawat (bu Neng). Pada hari senin, 23 Agustus saya membuat jadwal dengan bu neng tuk praktik coaching. Saya menerangkan model TIRTA dan bu Neng mengerti. Untuk permasalahan yang akan diungkap, diserahkan ke bu neng, yang benar-benar dialami saat ini. Hari selasa, kami melakukan praktik coaching di kelas bu neng (tidak di kantor guru) untuk menghindari keramaian dan melakukan proses perekaman.

25 Agustus 2021 : Elaborasi Pemahaman, instruktur menerangkan dengan detail materi ini sambil praktik langsung dengan CGP, dengan saling berganti peran ada yang jadi coach, ada yang jadi coachee, kemudian bersama-sama mengamati. Terima kasih bu, mantap ilmunya

26 Agustus 2021 : Koneksi Antar Materi. Pada tanggal 26 saya memiliki kesibukan, jadi baru dikerjakan tanggal 27 agustus. Bentuk video yang saya buat mudah-mudahan bisa tergambar kesimpulan di modul 2.3 dan keterkaitannya dengan modul 2 (Pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional), refleksi hasil pembelajaran dan rencana tindakan aksi nyata

27 Agustus 2021 : Aksi Nyata dan Post Test. Di LMS bagian aksi nyata, saya menulis pengalaman dan refleksi saya terhadap praktik coaching yang saya lakukan kepada rekan sejawat. Pada pelaksanaan post test, tiba-tiba anak rewel, jadi tidak optimal mengisi jawaban. Nilainya turun dari pre test

perasaan Perasaan

Pada saat melakukan demonstrasi kontekstual, agak canggung melakukan percakapan dengan bu neng karena direkam, jadi tidak natural. Selain itu, guru yang lain melihat ke kelas, seperti sedang melihat syuting film, jadi makin tidak karuan

Pada saat melakukan post test, dalam hati ada perasaan menyesal karena tidak optimal mengerjakan.  Anak tiba-tiba rewel ketika sedang mengerjakan tes. Seharusnya saya bisa membaca situasi. Namun apa daya, sudah terlanjur, waktu tes sedang berjalan, jadi membaca soalnya kurang tenang.

Untuk rancangan aksi nyata, masih terganjal dalam hati apakah rancangan yang saya buat sudah benar atau tidak. Karena linimasa nya tidak saya tuliskan kapan waktunya, hanya jenis kegiatan.

hal positif Hal-hal positif yang saya dapatkan dalam 1 minggu ini antara lain :

1. Dalam melakukan coaching,  lakukan komunikasi yang memberdayakan, selalu latihan praktik coaching model TIRTA (perhatikan alurnya). Semakin banyak praktik, makin banyak pengalaman dan jam terbang, lama-lama akan lancar

2. Sebelum melakukan kegiatan tertentu, perhatikan situasi dan kondisi sekitar, kondusif atau belum. Jangan sampai terjadi anak rewel pada saat testing.

3. Keseluruhan materi yang saya pelajari selama ini dari modul 1 sampai modul 2, saling berkaitan dan semuanya tertuju pada kekuatan kodrat anak agar mereka bahagia selamat (merdeka belajar)

kendala Kendala yang dialami :

1. Masih ada keterbatasan dalam menentukan pertanyaan yang cocok ketika praktik coaching model TIRTA. Apakah pertanyaan tsb sudah menuntun coachee atau belum. Kadang terjebak pula yang asalnya coaching malah jadi mentoring

2. Anak rewel di saat tak terduga (pada saat testing). Padahal sebelum testing, biasa saja.

ide Ide yang muncul :

1. Ingin melakukan praktik coaching, tapi tidak mau direkam, agar terlihat alami. Coaching bisa diterapkan di mana saja, di keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar. Untuk sekolah, saya akan mendeteksi dulu siapa saja yang akan saya coaching. Mudah-mudahan dengan banyak pengalaman, bisa lebih baik lagi

2. Kalaupun harus direkam, untuk dokumentasi bagi pendampingan individu nanti bersama pa Yusup

kesimpulan kesimpulan

1. Coaching merupakan salah satu jalan untuk memaksimalkan potensi murid/guru yang mengalami tantangan/hambatan atau untuk mendapatkan kemajuan

2. Guru (CGP) harus belajar praktik coaching dengan menerapkan komunikasi yang memberdayakan dan menggunakan model TIRTA, baik kepada guru atau murid

3. Situasi dan kondisi sekitar harus dikondusifkan terlebih dahulu terutama jika ada kegiatan penting (testing)

4. Materi coaching saling berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional dan juga modul 1, karena semuanya berfokus pada melejitkan potensi murid

Model jurnal refleksi menggunakan metode 4F

1. Facts

16 Agustus 2021 : Eksplorasi Konsep 'Forum Diskusi" yaitu membahas studi kasus murid yang mengalami kesulitan belajar. Ada beberapa poin penting dalam forum diskusi ini yaitu menerapkan model TIRTA dengan pertanyaan reflektif. Coach juga harus memperhatikan sikap dan perilakunya. Ia melakukan komunikasi yang memberdayakan yaitu menjalin hubungan saling mempercayai (muridnya mau mencurahkan masalahnya kepada gurunya), menuntun muridnya untuk bisa mengatasi masalah muridnya.  Ia mampu menyelaraskan emosi dan nada bicaranya yang nyaman untuk didengarkan, tidak menggurui atau menghakimi. 

Untuk menerapkan model TIRTA di sekolah sangat memerlukan bantuan dari berbagai pihak yaitu kepala sekolah, rekan guru dan orang tua murid. Jika ada permasalahan, dapat melibatkan mereka untuk bekerja sama, saling berbagi praktik baik, sehingga tujuan dapat tercapai

17 Agustus 2021 : libur Hari Kemerdekaan

18 Agustus 2021 : Ruang Kolaborasi yaitu pembagian kelompok untuk praktik coaching. Saya masuk ke kelompok 2 bersama pa Ganjar dan pa Saepul. Kelompok ini berbagi tugas terhadap 3 kasus dengan saling berbagi peran satu sama lain (coach, coachee dan pengamat). Setelah ruang kolaborasi selesai, kami membuat grup whatsapp agar bisa saling berdiskusi. Pada malam harinya, kami mencoba melakukan praktik coaching sesuai dengan kasus yang sudah ditentukan. Kenapa di malam hari? karena pa Ganjar bisa meluangkan waktu di malam hari. Karena besoknya, beliau sibuk. Praktek coaching tsb sudah direkam oleh pa saepul. Namun ternyata setelah dicek, ada kendala teknis, suara rekamannya tidak muncul.

Lalu keesokan harinya, tepatnya sesudah dzuhur pkl. 12.30, pa Ganjar ingin melakukan rekaman ulang. Jadi kami bertiga melakukan sesi rekam praktik coaching lagi dan baru selesai pkl. 13.00 (waktunya bertemu di ruang kolaborasi bersama rekan-rekan yang lain di google meet). itulah makanya kami bertiga telat masuk ruang kolaborasi.

ruang kolaborasi

19 Agustus 2021 : Ruang kolaborasi 'Praktek Coaching'

Saya masuk ke kelompok pertama yang melakukan praktik coaching. Sesuai dengan kesepakatan bersama, berdasarkan jumlah absen anggota kelompok. Pada saat praktik, banyak kendala. Mulai dari feedback, sinyal luplep dan rekaman yang tidak optimal (menurut pa Saepul ada kendala teknis, jadi tidak bisa terekam semuanya). Sehingga waktu habis, dan pengamat belum bisa menjelaskan hasil observasinya. Tapi di akhir sesi ruang kolaborasi, pa Bambang memberikan kesempatan pada pengamat di kelompok 1 untuk menjelaskan hasil observasinya. Saya menjelaskan intinya saja, tidak terlalu panjang karena waktu juga yang sudah melebihi ketentuan, yaitu bahwa semua kelompok sudah bisa menerapkan model TIRTA.

20 Agustus 2021 : Refleksi Terbimbing

Menjawab beberapa pertanyaan refleksi seperti apa itu coaching? (sebelum dan sesudah mempelajari modul), refleksi diri tentang kelompok kompetensi dasar seorang coach, apa yang harus dikuatkan,  kendala yang dihadapi ketika menerapkan coaching di sekolah, dan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala tsb

21 Agustus 2021 : Lokakarya 4

Kali ini, grup PP Bu Etik dan Pa Yusup masuk dalam 1 kelompok lokakarya. Kalau bulan kemarin, lokakarya grup PP Pa Yusup bergabung dengan grup PP Pa Yusmanto.  Kami membahas tentang penerapan teknik STOP dan manfaatnya, praktik coaching sesuai dengan kelompok pada saat di ruang kolaborasi (bersama pa Ganjar dan pa Saepul) dan mengidentifikasi melalui lembar yang sudah disediakan (ada lembar untuk observer, coach dan coaching), lalu melakukan refleksi diri. Kemudian pembagian kelompok baru, saya masuk di kelompok 3 bersama bu Noneng, Pa Rahmat, Bu Ruri dan Bu Ingit. Jadi kelompok 3 adalah gabungan TK dan SD. Kami berdiskusi tentang RPP berdiferensiasi dan mempresentasikannya serta menganalisisnya berdasarkan lembar yang sudah disediakan. Karena waktu yang mepet, tidak mungkin menyusun RPP, jadi kami menggunakan RPP yang sudah ada dari TK

lokakarya 4

2. Feelings

Selama 1 minggu tsb, saya merasa senang dapat pemahaman baru dan bisa belajar praktik coaching. Tapi awal mempraktikkan coaching dengan pa Ganjar dan pa Saepul sempat canggung. Sepertinya percakapannya tidak natural. Terus deg-degan waktu praktik coaching di ruang kolaborasi, karena masuk kelompok 1, dengan kendala feedback dan sinyal luplep, jadi kurang konsentrasi. Pada saat lokakarya, karena sudah pernah praktik coaching dengan pa Ganjar dan pa Saepul, jadi bisa bercakap secara alamiah. Tapi tetap saja bertanya dalam diri, ketika berperan menjadi coach, apakah pertanyaan yang saya ajukan mampu mengarahkan coachee seutuhnya. Saya masih perlu berlatih lagi

3. Findings

Setelah melakukan praktik coaching model TIRTA mulai terarah, yaitu mengikuti alur T(Tujuan), I(Identifikasi Masalah), R(Rencana aksi) dan TA (TAnggung jawab). Juga belajar pertanyaan terbuka dan reflektif yang bisa menuntun coachee sesuai dengan alur TIRTA. Belajar tentang komunikasi yang memberdayakan.

4. Future

Untuk ke depannya saya harus berlatih praktik coaching dengan model TIRTA. Dengan terus berlatih, saya bisa menerapkan coaching dengan baik dan lancar agar bisa saya terapkan kepada murid yang sedang mengalami kesulitan belajar ataupun kepada guru yang mengalami hambatan ketika mengajar

D

Jurnal Refleksi ke-15 Coaching

 Model refleksi menggunakan 4F

1. Facts (Peristiwa)

9 - 10 Agustus 2021 : Aksi Nyata Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan kompetensi sosial emosional

Selama ini pembelajaran di kelas menggunakan pembelajaran daring dan luring secara bergiliran. 

Tadinya saya ingin pembelajaran luring, namun karena ada ketentuan pembatasan jumlah murid tatap muka pada TK (1 kelas 5 murid) sedangkan di kelas berjumlah 12, jadi saya urungkan. Meskipun sebelumnya saya sempat mencoba mengambil 5 murid, tapi suasana pembelajaran kurang kondusif. Para murid ini tidak bisa belajar secara alamiah seperti hari biasanya (canggung). 

Akhirnya saya memilih daring. Untuk daring, yang aktif di google meet rata-rata 6 - 7 murid. Sedangkan sisanya, karena keterbatasan kuota dan hp yang dipakai bekerja oleh orang tuanya, mereka sanggup belajar melalui grup whatsapp.

11 Agustus 2021 : Mulai dari diri 'Seberapa jauh saya memahami konsep Coaching'

12 - 13 Agustus 2021 : Eksplorasi konsep Coaching dalam konteks pendidikan, komunikasi yang memberdayakan, TIRTA sebagai model coaching 

2. Feelings (Perasaan)

Untuk aksi nyata, saya merasa belum optimal. Banyak kekurangan. 

Untuk materi coaching, isinya bagus, padat. Saya membutuhkan waktu berjam-jam untuk merenung dan menjawab pertanyaan

3. Findings (Pembelajaran)

Saya belajar cara merekam google meet menggunakan aplikasi ketiga (karena di TK tidak mendapat akun belajar.id); belajar konsep coaching dan perbedaannya dengan mentor, konselor; jenis-jenis komunikasi, jenis-jenis pertanyaan, teknik mendengarkan, model TIRTA

4. Future (Penerapan)

Saya akan terus menyusun dan menerapkan rpp berdiferensiasi dengan kompetensi sosial emosional (meskipun belum sempurna, tapi akan berusaha lebih baik); mengajak rekan guru untuk belajar menyusun rpp seperti ini dan berharap bisa menerapkannya;  belajar mempraktekkan konsep coacing, menggunakan komunikasi asertif, teknik mendengarkan yang baik, dan berlatih menerapkan model TIRTA


Jurnal Refleksi ke-14 Pembelajaran Sosial emosional

 Refleksi mingguan menggunakan model Driscoll

Kegiatan mulai dari tanggal 2 s/d 6 Agustus 2021

1. What ? (Deskripsi dariperistiwa yang terjadi)

2 Agustus : Refleksi terbimbing 'Pembelajaran Sosial Emosional' yaitu melakukan refleksi terhadap pemahaman saya selama ini, banyak materi yang bagus, mendalam dan sangat menarik mengenai kompetensi sosial emosianal. Apalagi dikaitkan dengan contoh seperti kasus bu Adriana, secara tidak langsung membuat kita belajar bagaimana solusi yang tepat menghadapi situasi yang tidak kita inginkan/kurang menyenangkan/menjadi beban

2 - 4 Agustus : Demonstrasi Kontekstual yaitu menyusun RPP yang mengandung diferensiasi dan Kompetensi Sosial Emosional jenjang TK

5 Agustus : Elaborasi Pemahaman 'Pembelajaran sosial emosional' bersama Rusiati Yo yaitu membahas lebih mendalam lagi tentang materi ini

pooch

6 Agustus : Koneksi antar materi 'Pembelajaran sosial emosional' yaitu saya membuat rangkuman materi, peta konsep dengan mengaitkan materi ini dengan modul-modul sebelumnya

2. So What ? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)

Setelah belajar modul 2.2, membuka cakrawala saya tentang pentingnya sosial emosional dalam kehidupan. Ya, pembelajaran ini sangat berguna bagi guru dan para murid. Apalagi dengan situasi kondisi saat ini (pandemi covid 19), penerapan sosial emosional ini sangat terasa manfaatnya. Saya juga merasa terkesima, sepertinya yang membuat materi ini adalah psikologi yang mengerti inti masalah manusia.

3. Now what? (tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)

Saya berusaha menerapkan pembelajaran sosial emosional baik pada diri sendiri maupun kepada murid. Untuk kegiatan pembelajaran, dimulai dari perencanaan yang matang dengan memperhatikan semua unsur (difensiasi dan kompetensi sosial emosional), melaksanakan dengan penuh semangat dan selalu melakukan refleksi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Saya juga belajar bagaimana cara menerapkan kompetensi sosial emosional (ada teknik STOP, 3I, 4S, POOCH dll)


Jurnal Refleksi ke-13 Pembelajaran Sosial Emosional

 Untuk jurnal refleksi minggu ini saya menggunakan model 5R

1. Reporting

26 - 27 Juli : Eksplorasi Konsep- Mandiri tentang mindfulness, 5 kompetensi sosial emosional

28 Juli : Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi yaitu studi kasus ibu Adriana (ada 5 kasus sesuai dengan kse)

29 Juli : Ruang kolaborasi - pengerjaan : saya sekelompok dengan bu Noneng (Kelompok A1) menyusun teknik pembelajaran kse jenjang TK yang terdiri dari 3 ruang lingkup (rutin, terintegrasi dalam pembelajaran dan protokol) dengan 5 kse di setiap ruang lingkup

ruang kolaborasi

30 Juli : Ruang kolaborasi - Presentasi oleh bu Noneng, moderator dan penjawab oleh saya. Secara teknis tetap dilakukan bersama-sama karena 1 kelompok hanya kami berdua

presentasi kelompok

31 Juli : Lokakarya 3 secara daring di kelompok 5 membahas tentang cara menyusun visi, misi, program sekolah, tujuan yang berpihak pada murid, langkah-langkah untuk mencapainya dan indikator keberhasilan. Serta membuat rancangan aksi nyata untuk 1 bulan ke depan

lokakarya

dan Batas akhir pengumpulan portofolio aksi nyata modul 1.4 sesuai link di bawah ini

https://drive.google.com/file/d/1dXUYhT4eI_IjSKzz-rUraHeZrFRK64nQ/view?usp=sharing

2. Responding

Kegiatan minggu kali ini berkaitan dengan pembelajaran sosial emosional. Materinya bagus. Pada modul ini saya belajar bagaimana mengatasi keadaan yang tidak sesuai harapan dikaitkan dengan pendekatan berkesadaran penuh dalam pembelajaran 5 kse. Belajar cara menyusun teknik pembelajaran kse. TOP

3. Relating

Sebagai guru, saya harus bisa menerapkan kse dengan pendekatan mindfulness. Apalagi dengan banyaknya aktifitas yang kadang menguras emosi. Begitu pula dengan para murid, dengan penerapan kse bisa mengenali emosi, mengelola emosi, berempati, memiliki daya lenting (resiliensi) dan menjadi orang yang dapat mengambil keputusan secara bertanggung jawab. 

4. Reasoning

Jika kita semua dapat menerapkan materi pada modul ini, maka setiap masalah yang kita hadapi dapat terselesaikan dengan baik. Karena segala sesuatu dipikirkan secara matang, hati tenang, tidak tergesa-gesa, ketika berinteraksi sosial pun memiliki daya cakap yang terampil. Setiap pengambilan keputusan akan dipikirkan baik-baik agar bisa dipertanggungjawabkan

5. Reconstructing

di sini saya belajar menerapkan kse dengan mindfullnes. dengan menggunakan teknik STOP dan juga beragam teknik lainnya 



Jurnal refleksi ke-12 Pembelajaran Berdiferensiasi

 Dari tanggal 19 Juli s/d 24 juli 2021

19 Juli : Koneksi antar materi - pembelajaran berdiferensiasi

20 - 21 Juli : Idul Adha

22 Juli : Aksi nyata - penerapan RPP Berdiferensiasi

23 Juli : Mulai dari diri Modul 2.2

gmeet bersama murid

Model six thinking hats terhadap aksi nyata

1. topi putih

Fakta : awal menerapkan RPP berdiferensiasi melalui pembelajaran daring menggunakan google meeting dan whatsapp cukup kesulitan karena muridnya baru. Masih minggu pertama tahun pelajaran 2021/2022. Mereka baru pertama kali menggunakan google meeting jadi pada malu-malu

2. topi merah

pada saat menerapkan rpp berdiferensiasi, saya belum terlalu dekat dengan murid (masih dalam tahap pengenalan). Saya harus mengidentifikasi kebutuhan belajar murid dari nol yaitu berdiskusi dengan orang tua mereka dan ngobrol santai dengan para murid. Sekitar 3 murid memiliki tipe kinestetik, dan 6 murid tipe audio visual. Mereka antusias belajar melalui nyanyian disertai gerak apalagi saat menonton video tentang anggota tubuh

3. topi kuning

Hal-hal positif : saya makin mengenal murid dan mulai mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka meskipun belum menyeluruh.

4. topi hitam

kendala : keterbatasan waktu pertemuan karena situasi PPKM dan hanya mengandalkan daring serta keterbatasan kuota para murid

5. topi hijau

ide-ide yang muncul setelah pertemuan daring bersama murid yaitu ingin mengenal mereka lebih dekat. Ada agenda bertemu di sekolah dengan mereka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Saya ingin menjalin hubungan yang erat dengan mereka untuk lebih mengenal kebiasaan, minat, kebutuhan dan potensi diri mereka. Selain itu, menjalin komunikasi dengan para orang tua murid

6. topi biru

RPP berdiferensiasi lebih rinci dibandingkan RPP sebelumnya. Fokus kepada kebutuhan belajar murid secara detail. Guru harus membuat pemetaan kebutuhan belajar murid sebelum merancang RPP. Hal ini senada dengan filosofis pemikiran KHD yang harus memperhatikan kekuatan kodrat anak



Jurnal Refleksi ke-11 Pembelajaran Berdiferensiasi

 Model refleksi yang digunakan adalah 4C

Kegiatan dari tgl. 12 Juli s/d 17 Juli 2021, dengan kegiatan sbb :

12 Juli : Ruang kolaborasi - Presentasi

ruang kolaborasi

13 Juli : Refleksi Terbimbing

14 - 15 Juli : Demonstrasi Kontekstual

16 Juli : Elaborasi pemahaman sesi instruktur

elaborasi pemahaman

17 Juli : Jurnal refleksi mingguan

1. connection

Pada minggu ini, saya mendapatkan pemahaman tentang pembuatan RPP berdiferensiasi yang akan diterapkan di kelas. Sebelum membuat RPP, saya harus melakukan pemetaan kebutuhan murid agar pembelajaran bisa tepat sasaran. Materi kali ini senada dengan filosofis pemikiran KHD yang mengutamakan kekuatan kodrat. Dan tentu saja, sebagai calon guru penggerak, materi ini sangat penting karena berkaitan dengan penerapan/implementasi pemikiran KHD dan juga perwujudan profil pelajar pancasila yang merdeka belajar.

2. Challenge

Tantangan kali ini adalah membuat RPP berdiferensiasi. Pada awalnya cukup kesulitan karena belum terbiasa mendeskripsikan mana diferensiasi konten, proses dan produk. tapi setelah belajar membuatnya, sudah mulai mengerti. Hanyasaja, apakah ke depannya saya harus terus membuat RPP berdiferensiasi seperti ini? walaupun sebenarnya RPP jenjang TK sudah dibuat sesuai minat, bakat dan kebutuhan namun tidak secara tertulis ada diferensiasinya.

3. Concept

Saya mempelajari tentang pembelajaran berdiferensiasi, strategi pembelajaran berdiferensiasi, penerapan dalam pembuatan RPP berdiferensiasi. Untuk ke depannya, saya perlu latihan lagi agar semakin tepat sasaran. Karena saat ini dengan memasuki tahun ajaran baru, siswa baru, maka proses identifikasi murid dimulai dari nol lagi dengan terus berkomunikasi dengan orang tua siswa baru

4. Change

Konsep pembelajaran semakin terarah, jelas dan terstruktur. Saya harus belajar mengidentifikasi kebutuhan belajar murid. Terus berlatih semoga semakin baik lagi


Jurnal Refleksi Pembelajaran Berdiferensiasi Minggu ke-10

 DEAL 

kegiatan dari tgl. 5 juli s/d 10 juli 2021

jadwal juli

a. Description 

5 Juli : Pre test paket modul 2, dapat skor 80

6 Juli : Eksplorasi konsep mandiri (Mulai dari diri) - pembelajaran berdiferensiasi yaitu menjawab sejumlah pertanyaan tentang pembelajaran berdiferensiasi dan analisa contoh kasus sekolah hewan

7 Juli : Eksplorasi konsep - Modul 2.1 yaitu membahas tentang materi pembelajaran berdiferensiasi dan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid

8 Juli : Eksplorasi konsep - Forum diskusi dan unggah tugas yaitu membuat catatan tentang 2 video yang disediakan yakni tentang strategi pembelajaran berdiferensiasi dan karakteristik lingkungan kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi kemudian membuat pemetaan kebutuhan belajar murid dan diagram frayer

https://drive.google.com/file/d/1MDfmM78xZPz7hkASGMU6V4lkDhddZE2e/view?usp=sharing

https://drive.google.com/file/d/1MouSW2xpLtibcR3mGHTftnPqYo3Q6nzs/view?usp=sharing

9 Juli : Ruang kolaborasi - pengerjaan RPP Pembelajaran berdiferensiasi jenjang TK, berkolaborasi dengan bu Noneng. Pada saat BOR sudah menentukan tema, sub tema, tujuan pembelajaran, ragam main. Adapun untuk penyusunannya masih dibahas melalui whatsapp karena keterbatasan waktu pada saat BOR.

b. Examination

Pada minggu ini, saya mempelajari pembelajaran berdiferensiasi, yang sebenarnya secara implisit sudah terdapat di RPPH TK. Meskipun di dalam RPPH tidak tertulis diferensiasi konten, proses dan produk namun pada implementasinya pembelajaran berdiferensiasi sudah diterapkan di TK. Pendapat saya senada dengan pendapat bu Noneng. 

c. Articulation of learning

Saya mempelajari tentang pembelajaran berdiferensiasi, melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Juga mempelajari tentang strategi pembelajaran yaitu konten, proses dan produk. Saat ini saya masih dalam proses penyusunan RPP Pembelajaran Berdiferensiasi dan masih berdiskusi dengan bu Noneng. InsyaAlloh besok (hari minggu) selesai. Mudah-mudahan semuanya dilancarkan. Aamiin


Jurnal Refleksi Budaya Positif minggu ke-9

 Jurnal refleksi menggunakan model 4F

a. Facts (Peristiwa)

jadwal juni

kegiatan dari tgl. 28 Juni s/d 3 Juli 2021 dengan rincian sebagai berikut :

28 Juni : Elaborasi Pemahaman - Budaya Positif : web meeting bersama ibu Rusiati Yo, dari jam 15.30 s/d 17.00 WIB

ELABORASI 2

membahas tentang cara membangun budaya positif, tujuan membangun budaya positif, teori motivasi perilaku, cara membedakan disiplin dan hukuman

29 Juni : Koneksi Antar Materi - membuat mind map keterkaitan modul 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4

30 Juni : Aksi Nyata - Membuat rancangan aksi nyata di kelas

hambatan pada saat membuat rancangan aksi nyata adalah penugasannya bertepatan dengan pembagian rapot akhir tahun pelajaran 2020/2021. Otomatis siswa yang selama ini saya pegang telah selesai belajar di TK dan akan berpindah ke SD. Sehingga saya harus menyesuaikan rancangan aksi nyata dengan situasi di sekolah, dengan siswa baru. Pada saat menulis di linimasa tindakan yang dilakukan, akan sangat terlihat pada minggu ke 4 yang penuh dengan kegiatan mulai dari penerapan kesepakatan kelas, pengumpulan dokumentasi, pembuatan laporan dan refleksi. Sedangkan di minggu ke 1 dan ke 2 nampak kurang banyak kegiatan. 

https://drive.google.com/file/d/1yTy-D6fBlpHwbh_NC8URwa7aLdnUSId5/view?usp=sharing

1 Juli : Post test modul 1, dapat skor 80

2 Juli : Batas akhir penerimaan tugas individu dan kelompok paket modul 1

b. Feelings (Perasaan) : 

Saya tertarik dengan materi dari ibu Rusiati Yo, aplikatif. Dan tergambar semua materi dari modul 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4 saling terkait seperti lingkaran

c. Findings (Pembelajaran)

pada saat elaborasi, tergambar jelas bagaimana cara membangun budaya positif, teori motivasi perilaku, bagaimana cara kita bertindak terhadap sesuatu yang kurang/tidak sesuai harapan pada diri murid. Sekarang saya berusaha untuk menerapkannya secara bertahap dan mudah-mudahan semuanya dilancarkan. Aamiin

d. Future (Penerapan)

Saya akan melakukan rancangan aksi nyata di mulai dari membuat kesepakatan kelas dengan murid baru bersama orang tua murid. Mudah-mudahan menjadi titik awal dalam membangun budaya positif


Jurnal Refleksi KHD 8

 Jurnal refleksi dari tanggal 21 - 26 Juni 2021

menggunakan model DEAL

jadwal juni

a. Descripstion

21 Juni 2021 : Ruang kolaborasi = Diskusi dan membuat poster 

diskusi kelompok

Pembagian kelompok @4 orang/kelompok. Saya masuk kelompok A1 bersama bu Ela, pa Nurul Ilyas dan bu Dwi Kania. Kami membahas panduan interaksi guru dan murid dalam membangun budaya positif di sekolah. Ada berbagai pendapat namun bisa kami kolaborasikan sehingga menjadi kesepakatan bersama. Semua pihak saling menghargai pendapat.

22 Juni 2021 ; Ruang kolaborasi = Presentasi

presentasi

Kami mempresentasikan hasil diskusi. Pa Nurul Ilyas sebagai MC dan penanya, Saya sebagai presentator, Bu Dwi sebagai notulen, dan bu Ela sebagai penjawab. Kami dapat menyajikan poster dan juga bentuk slide di google slide, Alhamdulillah persiapan kami cukup matang sehingga bisa menyajikan materi dengan baik. Terima kasih untuk semua guru yang ikut berkontribusi dalam penyelesaian tugas ini. Begitupula ucapan terima kasih banyak kepada fasilitator yaitu pak Bambang yang mampu m menjawab pertanyaan dari kami sehingga pemikiran kami tercerahkan

23 Juni 2021 : Refleksi Terbimbing = Budaya positif

Kali ini saya merefleksikan kelemahan dan kelebihan diri, analisis upaya untuk meningkatkan kualitas diri dan merencanakan penerapan budaya positif di sekolah

24 - 25 Juni 2021 : Demonstrasi kontekstual = Budaya positif

sesi ini saya menyusun kesepakatan kelas bersama anak. Anak-anak sangat antusias karena mereka diikutsertakan dalam penyusunan ini. 

b. Examination

Pada minggu ini, saya belajar tentang cara membangun budaya positif melalui kesepakatan kelas yang disusun bersama dengan murid. Kesepakatan kelas ini diharapkan dapat membentuk karakter anak yang beriman, disiplin, mandiri dan bertanggung jawab. 

c. Articulation

Penerapan kebiasaan positif sudah diterapkan dalam aturan sekolah sehingga ketika ada penugasan penyusunan kesepakatan kelas sudah menjadi kebiasaan kami. Perbaikan yang kami buat adalah yang dulunya tidak ada penandatanganan bersama, sekarang harus ada tanda tangan dari anak berupa cap telapak tangan. Semoga penyusunan kesepakatan kelas ini dapat kami terapkan dengan optimal

Waktu pelaksanaan : 14 Juni - 19 Juni 2021

jurnal refleksi menggunakan model 4F

1. Facts

jadwal juni

14 Juni 2021 : aksi nyata

link video aksi nyata di kelas

https://drive.google.com/file/d/164VpUSRr9cL7EjyWMChP3uybKZZ0mtWT/view?usp=sharing

Pembelajaran di sekolah menggunakan luring dan daring. Adapun daring memiliki banyak hambatan karena tidak semua orang tua mempunyai hp yang layak, kalaupun ada hp juga digunakan orang tua ketika bekerja. Selain itu, terkendala kuota. Karena kemampuan ekonomi keluarga di sekitar sekolah termasuk golongan menengah ke bawah. 

Hambatan : 

1. waktu yang disediakan terbatas. Karena jadwal tatap muka hanya 2x seminggu, @1 jam, sehingga durasi bermain harus dibatasi, padahal mereka masih ingin bermain.

2. Menyiapkan bahan pembelajaran seperti aneka sayuran dan membuat uang mainan yang sederhana

Solusi : 

1. benar-benar mengefektifkan waktu. Jadwal dimulai tepat waktu. Dan memohon izin kepada kepala sekolah dan orang tua murid untuk tambahan waktu jika ada hal-hal yang harus dipelajari oleh anak, maksimal 30 menit. 

2. Kebetulan saya harus membeli aneka sayuran untuk keperluan keluarga di rumah. Lalu saya memanfaatkannya dulu di sekolah. Jadi sekolah tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian bahan

15 Juni : Mulai dari diri-Budaya Positif

Saya merefleksi pengalaman masa sekolah dulu dengan penerapan budaya positif dan dampak positif yang dialami sampai sekarang. Lalu menciptakan harapan yang ingin dicapai dalam mengembangkan budaya belajar di sekolah.

16 -17 Juni : Eksplorasi konsep mandiri-Budaya positif

Membahas isi materi modul 1.4 yaitu tentang budaya positif sekolah, 5 posisi kontrol guru, disiplin positif dan kriterianya,  perbedaan disiplin dan hukuman, perbedaan hukuman dan konsekuensi, dan 6 panduan dalam menyusun kesepakatan kelas.

18 Juni : Eksloparasi Konsep : Forum diskusi

Studi kasus pak Mus tentang pemberian hukuman dan hadiah. Solusi yang disajikan para cgp saling melengkapi satu sama lain (ada di 1.4.a.4.1)

19 Juni : Lokakarya 2, pkl. 08.00 -16.00 di Delaga Biru Hotel

membahas tentang mengembangkan komunitas belajar, dimulai dari manfaat, peluang, tantangan, cara; lalu analisa diri tentang kelemahan dan kelebihan dalam menjalankan peran sebagai guru penggerak untuk membuat komunitas praktisi dan membuat rencana menggerakkan komunitas praktisi di sekolah masing-masing. 

Saya terpacu semangat ingin membuat komunitas praktisi sesuai dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan di lokakarya

diskusi kelompok

foto bersama


2. Feelings

Pada aksi nyata kali ini, saya merasakan aura kesenangan pada diri anak terutama ketika mereka bermain peran sebagai penjual dan pembeli di pasar. Mereka belajar bersosialisai, belajar berhitung, belajar mengenal dan mengidentifikasi aneka sayuran, belajar membaca permulaan. Mereka tidak merasa bosan dalam pembelajaran.

Pada modul kali ini tentang budaya positif, banyak tercerahkan. Isi materinya lengkap dan padat. Hanya sayang ada 1 halaman yang tidak tertulis poin penting di bagian eksplorasi konsep yaitu tentang peran masing-masing pihak sekolah.

Pada acara lokakarya, akhirnya bisa bersilaturahmi lagi dengan  para cgp. Pertemuan ini menjadi charge semangat untuk terus belajar dan berupaya menerapkan apa yang sudah diketahui.

banyak materi yang bermakna dan tergerak untuk membuat komunitas praktisi. Terima kasih semuanya

3. Findings

di modul ini, Saya belajar tentang budaya positif sekolah, 5 posisi kontrol guru (guru harus menjadi manager), mengetahui kriteria disiplin positif, dampak negatif pemberian hukuman, perbedaan hukuman dan konsekuensi, belajar menyusun kesepakatan kelas. Saya berusaha untuk menerapkannya di sekolah, juga mengajak rekan sejawat.

di lokakarya, saya belajar tentang komunitas praktisi, yaitu tentang manfaat, tantangan, peluang dan cara; lalu analisa diri (kelemahan dan kelebihan serta upaya untuk meningkatkan kualitas diri) kemudian merintis komunitas praktisi. Mudah-mudahan bisa saya lakukan di sekolah setahap demi setahap.

4. Future (penerapan)

dalam proses pembelajaran, guru menjadi manager, menerapkan disiplin positif dan menyusun kesepakatan kelas bersama anak dan orang tua. Di sekolah, saya akan mulai merintis komunitas praktisi


D