Jurnal refleksi menggunakan Six Thinking Hats
Fakta/pengalaman yang terjadi
23 - 24 Agustus 2021 : Demonstrasi Kontekstual yaitu melakukan praktik coaching dengan rekan sejawat (bu Neng). Pada hari senin, 23 Agustus saya membuat jadwal dengan bu neng tuk praktik coaching. Saya menerangkan model TIRTA dan bu Neng mengerti. Untuk permasalahan yang akan diungkap, diserahkan ke bu neng, yang benar-benar dialami saat ini. Hari selasa, kami melakukan praktik coaching di kelas bu neng (tidak di kantor guru) untuk menghindari keramaian dan melakukan proses perekaman.
25 Agustus 2021 : Elaborasi Pemahaman, instruktur menerangkan dengan detail materi ini sambil praktik langsung dengan CGP, dengan saling berganti peran ada yang jadi coach, ada yang jadi coachee, kemudian bersama-sama mengamati. Terima kasih bu, mantap ilmunya
26 Agustus 2021 : Koneksi Antar Materi. Pada tanggal 26 saya memiliki kesibukan, jadi baru dikerjakan tanggal 27 agustus. Bentuk video yang saya buat mudah-mudahan bisa tergambar kesimpulan di modul 2.3 dan keterkaitannya dengan modul 2 (Pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional), refleksi hasil pembelajaran dan rencana tindakan aksi nyata
27 Agustus 2021 : Aksi Nyata dan Post Test. Di LMS bagian aksi nyata, saya menulis pengalaman dan refleksi saya terhadap praktik coaching yang saya lakukan kepada rekan sejawat. Pada pelaksanaan post test, tiba-tiba anak rewel, jadi tidak optimal mengisi jawaban. Nilainya turun dari pre test
Perasaan
Pada saat melakukan demonstrasi kontekstual, agak canggung melakukan percakapan dengan bu neng karena direkam, jadi tidak natural. Selain itu, guru yang lain melihat ke kelas, seperti sedang melihat syuting film, jadi makin tidak karuan
Pada saat melakukan post test, dalam hati ada perasaan menyesal karena tidak optimal mengerjakan. Anak tiba-tiba rewel ketika sedang mengerjakan tes. Seharusnya saya bisa membaca situasi. Namun apa daya, sudah terlanjur, waktu tes sedang berjalan, jadi membaca soalnya kurang tenang.
Untuk rancangan aksi nyata, masih terganjal dalam hati apakah rancangan yang saya buat sudah benar atau tidak. Karena linimasa nya tidak saya tuliskan kapan waktunya, hanya jenis kegiatan.
Hal-hal positif yang saya dapatkan dalam 1 minggu ini antara lain :
1. Dalam melakukan coaching, lakukan komunikasi yang memberdayakan, selalu latihan praktik coaching model TIRTA (perhatikan alurnya). Semakin banyak praktik, makin banyak pengalaman dan jam terbang, lama-lama akan lancar
2. Sebelum melakukan kegiatan tertentu, perhatikan situasi dan kondisi sekitar, kondusif atau belum. Jangan sampai terjadi anak rewel pada saat testing.
3. Keseluruhan materi yang saya pelajari selama ini dari modul 1 sampai modul 2, saling berkaitan dan semuanya tertuju pada kekuatan kodrat anak agar mereka bahagia selamat (merdeka belajar)
Kendala yang dialami :
1. Masih ada keterbatasan dalam menentukan pertanyaan yang cocok ketika praktik coaching model TIRTA. Apakah pertanyaan tsb sudah menuntun coachee atau belum. Kadang terjebak pula yang asalnya coaching malah jadi mentoring
2. Anak rewel di saat tak terduga (pada saat testing). Padahal sebelum testing, biasa saja.
Ide yang muncul :
1. Ingin melakukan praktik coaching, tapi tidak mau direkam, agar terlihat alami. Coaching bisa diterapkan di mana saja, di keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar. Untuk sekolah, saya akan mendeteksi dulu siapa saja yang akan saya coaching. Mudah-mudahan dengan banyak pengalaman, bisa lebih baik lagi
2. Kalaupun harus direkam, untuk dokumentasi bagi pendampingan individu nanti bersama pa Yusup
kesimpulan
1. Coaching merupakan salah satu jalan untuk memaksimalkan potensi murid/guru yang mengalami tantangan/hambatan atau untuk mendapatkan kemajuan
2. Guru (CGP) harus belajar praktik coaching dengan menerapkan komunikasi yang memberdayakan dan menggunakan model TIRTA, baik kepada guru atau murid
3. Situasi dan kondisi sekitar harus dikondusifkan terlebih dahulu terutama jika ada kegiatan penting (testing)
4. Materi coaching saling berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional dan juga modul 1, karena semuanya berfokus pada melejitkan potensi murid
Model jurnal refleksi menggunakan metode 4F
1. Facts
16 Agustus 2021 : Eksplorasi Konsep 'Forum Diskusi" yaitu membahas studi kasus murid yang mengalami kesulitan belajar. Ada beberapa poin penting dalam forum diskusi ini yaitu menerapkan model TIRTA dengan pertanyaan reflektif. Coach juga harus memperhatikan sikap dan perilakunya. Ia melakukan komunikasi yang memberdayakan yaitu menjalin hubungan saling mempercayai (muridnya mau mencurahkan masalahnya kepada gurunya), menuntun muridnya untuk bisa mengatasi masalah muridnya. Ia mampu menyelaraskan emosi dan nada bicaranya yang nyaman untuk didengarkan, tidak menggurui atau menghakimi.
Untuk menerapkan model TIRTA di sekolah sangat memerlukan bantuan dari berbagai pihak yaitu kepala sekolah, rekan guru dan orang tua murid. Jika ada permasalahan, dapat melibatkan mereka untuk bekerja sama, saling berbagi praktik baik, sehingga tujuan dapat tercapai
17 Agustus 2021 : libur Hari Kemerdekaan
18 Agustus 2021 : Ruang Kolaborasi yaitu pembagian kelompok untuk praktik coaching. Saya masuk ke kelompok 2 bersama pa Ganjar dan pa Saepul. Kelompok ini berbagi tugas terhadap 3 kasus dengan saling berbagi peran satu sama lain (coach, coachee dan pengamat). Setelah ruang kolaborasi selesai, kami membuat grup whatsapp agar bisa saling berdiskusi. Pada malam harinya, kami mencoba melakukan praktik coaching sesuai dengan kasus yang sudah ditentukan. Kenapa di malam hari? karena pa Ganjar bisa meluangkan waktu di malam hari. Karena besoknya, beliau sibuk. Praktek coaching tsb sudah direkam oleh pa saepul. Namun ternyata setelah dicek, ada kendala teknis, suara rekamannya tidak muncul.
Lalu keesokan harinya, tepatnya sesudah dzuhur pkl. 12.30, pa Ganjar ingin melakukan rekaman ulang. Jadi kami bertiga melakukan sesi rekam praktik coaching lagi dan baru selesai pkl. 13.00 (waktunya bertemu di ruang kolaborasi bersama rekan-rekan yang lain di google meet). itulah makanya kami bertiga telat masuk ruang kolaborasi.
19 Agustus 2021 : Ruang kolaborasi 'Praktek Coaching'
Saya masuk ke kelompok pertama yang melakukan praktik coaching. Sesuai dengan kesepakatan bersama, berdasarkan jumlah absen anggota kelompok. Pada saat praktik, banyak kendala. Mulai dari feedback, sinyal luplep dan rekaman yang tidak optimal (menurut pa Saepul ada kendala teknis, jadi tidak bisa terekam semuanya). Sehingga waktu habis, dan pengamat belum bisa menjelaskan hasil observasinya. Tapi di akhir sesi ruang kolaborasi, pa Bambang memberikan kesempatan pada pengamat di kelompok 1 untuk menjelaskan hasil observasinya. Saya menjelaskan intinya saja, tidak terlalu panjang karena waktu juga yang sudah melebihi ketentuan, yaitu bahwa semua kelompok sudah bisa menerapkan model TIRTA.
20 Agustus 2021 : Refleksi Terbimbing
Menjawab beberapa pertanyaan refleksi seperti apa itu coaching? (sebelum dan sesudah mempelajari modul), refleksi diri tentang kelompok kompetensi dasar seorang coach, apa yang harus dikuatkan, kendala yang dihadapi ketika menerapkan coaching di sekolah, dan upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala tsb
21 Agustus 2021 : Lokakarya 4
Kali ini, grup PP Bu Etik dan Pa Yusup masuk dalam 1 kelompok lokakarya. Kalau bulan kemarin, lokakarya grup PP Pa Yusup bergabung dengan grup PP Pa Yusmanto. Kami membahas tentang penerapan teknik STOP dan manfaatnya, praktik coaching sesuai dengan kelompok pada saat di ruang kolaborasi (bersama pa Ganjar dan pa Saepul) dan mengidentifikasi melalui lembar yang sudah disediakan (ada lembar untuk observer, coach dan coaching), lalu melakukan refleksi diri. Kemudian pembagian kelompok baru, saya masuk di kelompok 3 bersama bu Noneng, Pa Rahmat, Bu Ruri dan Bu Ingit. Jadi kelompok 3 adalah gabungan TK dan SD. Kami berdiskusi tentang RPP berdiferensiasi dan mempresentasikannya serta menganalisisnya berdasarkan lembar yang sudah disediakan. Karena waktu yang mepet, tidak mungkin menyusun RPP, jadi kami menggunakan RPP yang sudah ada dari TK
2. Feelings
Selama 1 minggu tsb, saya merasa senang dapat pemahaman baru dan bisa belajar praktik coaching. Tapi awal mempraktikkan coaching dengan pa Ganjar dan pa Saepul sempat canggung. Sepertinya percakapannya tidak natural. Terus deg-degan waktu praktik coaching di ruang kolaborasi, karena masuk kelompok 1, dengan kendala feedback dan sinyal luplep, jadi kurang konsentrasi. Pada saat lokakarya, karena sudah pernah praktik coaching dengan pa Ganjar dan pa Saepul, jadi bisa bercakap secara alamiah. Tapi tetap saja bertanya dalam diri, ketika berperan menjadi coach, apakah pertanyaan yang saya ajukan mampu mengarahkan coachee seutuhnya. Saya masih perlu berlatih lagi
3. Findings
Setelah melakukan praktik coaching model TIRTA mulai terarah, yaitu mengikuti alur T(Tujuan), I(Identifikasi Masalah), R(Rencana aksi) dan TA (TAnggung jawab). Juga belajar pertanyaan terbuka dan reflektif yang bisa menuntun coachee sesuai dengan alur TIRTA. Belajar tentang komunikasi yang memberdayakan.
4. Future
Untuk ke depannya saya harus berlatih praktik coaching dengan model TIRTA. Dengan terus berlatih, saya bisa menerapkan coaching dengan baik dan lancar agar bisa saya terapkan kepada murid yang sedang mengalami kesulitan belajar ataupun kepada guru yang mengalami hambatan ketika mengajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar